Ketika kita mencintai seseorang, mestinya kita cukup mencintainya dengan biasa. Tak terlalu mengejar dan memaksakan rasa cinta yang kita rasakan padanya. Ketika kita mencintai seseorang, kita harus mempersiapkan diri, baik mental dan perasaan agar kita tidak kecewa dengan penolakan yang mungkin di lontarkan oleh orang yang kita cintai tersebut. Kita harus memahami dia, memahami jalan yang ia pilih. Sekalipun bukan kita yang dipilihnya, namun kita harus selalu yakin, kita hanya ingin dia bahagia.
Rasa cinta adalah sebuah perasaan yang biasa, biasa kita rasakan. Bukan sesuatu yang luar biasa dan bukan sesuatu yang dramatis. Setiap hari kita selalu mempunyai rasa cinta. Rasa cinta pada tuhan, pada orang tua, dan pada orang-orang disekitar kita. Perasaan itu bukan hanya sering, namun selalu kita rasakan. Lalu kenapa ketika kita mencintai seseorang, kita merasa itu adalah hal yang luar biasa?
Mungkin itulah yang disebut NAFSU.
Pada diri setiap manusia, pasti ada keinginan yang kuat dan menggebu-gebu untuk meraih/mendapatkan apa yang dia inginkan. Hal inilah yang sering kali membuat kita salah jalan. Kita terlalu berambisi untuk mendapatkan suatu hal yang sebenarnya tak pasti, mudah hilang seiring dengan berjalannya waktu. Namun, kita lebih sering mengikuti Nafsu yang membara pada diri kita dan melupakan sesuatu yang lebih baik, kesederhanaan.
Kesederhanaan bisa berarti luas. Kesederhanaan dalam kehidupan, kesederhanaan dalam beribadah, dan kesederhanaan dalam mencintai.
Kesederhanaan dalam kehidupan bisa digambarkan dengan, sifat tak terlalu mengejar keduniaan. Mensyukuri apa yang telah diberikan oleh yang maha kuasa, dan selalu berusaha menjadi lebih baik dengan cara dan keyakinannya sendiri. Tak mudah iri dengan orang lain yang mendapatkan hal lebih dibandingkan kita. Terkadang, orang melupakan kesederhanaan ini karena ia terlalu terbawa oleh nafsunya, hasrat untuk meraih sesuatu dengan menggebu-gebu. Padahal, Tuhan sendiri mengajarkan kita untuk bersifat sederhana.
Kesederhanaan dalam beribadah bisa digambarkan dengan, melakukan segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan merenungi kesalahan yang pernah kita lakukan. Beribadah itu bukan sekedar menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, namun juga dengan merenungi setiap perbuatan yang pernah kita lakukan. Introspeksi diri. Manusia bukan makhluk yang sempurna, yang selalu bisa menaati perintah Tuhannya. Dan juga bukan makhluk yang munafik, yang merasa telah menjauhi larangan-Nya. Di setiap perbuatan, setiap tindakan yang kita lakukan, pasti, kitapun pernah melanggar ketentuan itu. Dan cara terbaik untuk membuat hidup kita lebih baik adalah dengan merenungi, dan menyadari kesalahan kita. Serta berusaha untuk tidak mengulanginya di kemudian hari.
Kesederhanaan dalam mencintai, bisa digambarkan dengan mencintai seseorang dengan biasa. Ketika kita mencintai seseorang, yakinkan perasaan kita terlebih dahulu sebelum menyatakannya pada orang yang kita cintai. Apakah dia benar-benar kita cintai, atau hanya sekedar nafsu yang hanya lewat. Ingat, mencintai seseorang tidak selalu berarti kita harus memiliki orang tersebut. Mencintai seseorang adalah berusaha membuatnya bahagia. Ya, dalam hati dan fikiran kita, kita hanya ingin membuatnya bahagia. Jika ada perasaan lain selain itu, belum tentu yang kita rasakan adalah rasa cinta.
Kesederhanaan cinta, adalah bisa saling menyayangi satu sama lain. Bisa saling berbagi kebahagiaan, dan bisa saling mengerti. Cinta itu mengalir seperti air. Yang membawa kesejukan, kenyamanan dan bisa menghilangkan, meskipun sedikit, penderitaan yang kita rasakan.
0 comments:
Posting Komentar