Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, “Konon ada lelaki dari
umat zaman dahulu yang ahli beribadah, bernama Mauriq. Suatu hari Mauriq
berdiri untuk melakukan shalat. Tiba-tiba angan-angannya melayang pada
seorang wanita hingga kejantanannya menegang, terganggu kekhusukan
shalatnya. Dia membatalkan shalatnya sambil marah. Dia mengambil busur
untuk melepaskan talinya.
Ujung tali diikatkan pada dua testis-nya; ujung lainnya diikatkan pada dua telapak kakinya. Dua kakinya dijulurkan sekuat tenaga agar dua testis-nya lepas.
(Setelah sadar), Mauriq mengambil dua sandal dan dua pakaiannya yang telah compang-camping. Dia berjalan terus (dengan kesakitan) untuk berhenti di daerah yang tak dihuni oleh manusia dan binatang.
Di situ, dia mendirikan gubuk. Dia melakukan shalat terus menerus. Setiap pagi-buta, ada bagian bumi yang membelah, untuk keluar seorang yang membawakan makanan di dalam wadah. Mauriq memakannya hingga kenyang.
Orang misterius masuk lagi kecelah bumi untuk membawa keluar minuman di dalam wadah, untuknya.
Mauriq meminumnya hingga puas.
Setelah orang misterius itu masuk kecelah; celah tanah menutup lagi, seperti semula.
Jika hari telah sore, lelaki misterius berbuat begitu lagi.
Orang-orang lewat di dekat tempat tersebut. Di malam hari, dua orang di antara mereka datang mendekat, untuk bertanya pada Mauriq ‘apa tujuan kami berdua?’.
Mauriq isarah dengan tangan, dan berkata ‘inilah tujuan kalian berdua’.
Dua lelaki itu pergi tidak jauh. Yang satu berkata ‘apa yang mendorong dia menempati tempat yang jauh dari manusia dan binatang? Mari kita tanyakan padanya agar kita tahu!’.
Mereka berdua datang dan bertanya ‘hai Abdallah! Apa yang mendorong kau menempati tempat yang jauh dari manusia dan binatang ini?’.
Mauriq menjawab ‘pergilah! Tinggalkan saya di sini!’.
Mereka berdua bersikeras tak mau pergi, dan bertanya terus padanya. Dia menjawab ‘saya mau menjelaskan pada kalian dengan syarat; yang menyembunyikan cerita ini, akan diberi kemuliaan di dunia dan akhirat oleh Allah? Sedangkan yang memberitakan cerita ini, akan dihinakan oleh Allah, di dunia dan akhirat?’.
Mereka berdua menjawab ‘ya!’.
Mauriq perintah’silahkan kalian tinggal di sini!’.
Di pagi hari, muncul seorang dari belahan bumi, membawakan makanan yang banyaknya tiga-kali lipat dari kemarin.
Mereka bertiga menikmati makanan tersebut hingga kenyang.
Si lelaki misterius memasuki celah bumi, untuk membawakan minuman sebanyak tiga-kali lipat, daripada yang kemarin.
Mereka bertiga minum hingga puas.
Si lelaki misterius memasuki celah bumi yang segera menutup lagi. Seorang dari dua lelaki berkata ‘kenapa secepat ini dia mendatangkan makanan dan minuman? Dan yang lebih aneh, dia tahu maksud tujuan kita? Ayo kita amati terus tingkah-laku dia hingga sore nanti!’.
Di sore (yang mendebarkan itu) mereka berdua dikejutkan lagi oleh munculnya seorang dari celah bumi yang membelah, membawakan makanan dan minuman seperti di waktu paginya.
Seorang dari dua lelaki itu berkata ‘kita di sini saja, hingga pagi besok!’.
Di pagi buta mereka dikejutkan lagi oleh munculnya seorang dari celah bumi yang membelah, untuk membawakan hidangan makanan dan minuman seperti biasanya.
Mereka berdua meninggalkan Mauriq sendirian di tempat yang sepi.
Yang seorang diterima sebagai pegawai kerajaan, yang bertugas menjaga pintu gerbang. Namun pangkatnya dinaikkan terus hingga akhirnya menjadi menteri khusus yang sering ngobrol dengan raja.
Yang lain kembali lagi menekuni perdagangannya seperti dulu sebelumnya.
Ujung tali diikatkan pada dua testis-nya; ujung lainnya diikatkan pada dua telapak kakinya. Dua kakinya dijulurkan sekuat tenaga agar dua testis-nya lepas.
(Setelah sadar), Mauriq mengambil dua sandal dan dua pakaiannya yang telah compang-camping. Dia berjalan terus (dengan kesakitan) untuk berhenti di daerah yang tak dihuni oleh manusia dan binatang.
Di situ, dia mendirikan gubuk. Dia melakukan shalat terus menerus. Setiap pagi-buta, ada bagian bumi yang membelah, untuk keluar seorang yang membawakan makanan di dalam wadah. Mauriq memakannya hingga kenyang.
Orang misterius masuk lagi kecelah bumi untuk membawa keluar minuman di dalam wadah, untuknya.
Mauriq meminumnya hingga puas.
Setelah orang misterius itu masuk kecelah; celah tanah menutup lagi, seperti semula.
Jika hari telah sore, lelaki misterius berbuat begitu lagi.
Orang-orang lewat di dekat tempat tersebut. Di malam hari, dua orang di antara mereka datang mendekat, untuk bertanya pada Mauriq ‘apa tujuan kami berdua?’.
Mauriq isarah dengan tangan, dan berkata ‘inilah tujuan kalian berdua’.
Dua lelaki itu pergi tidak jauh. Yang satu berkata ‘apa yang mendorong dia menempati tempat yang jauh dari manusia dan binatang? Mari kita tanyakan padanya agar kita tahu!’.
Mereka berdua datang dan bertanya ‘hai Abdallah! Apa yang mendorong kau menempati tempat yang jauh dari manusia dan binatang ini?’.
Mauriq menjawab ‘pergilah! Tinggalkan saya di sini!’.
Mereka berdua bersikeras tak mau pergi, dan bertanya terus padanya. Dia menjawab ‘saya mau menjelaskan pada kalian dengan syarat; yang menyembunyikan cerita ini, akan diberi kemuliaan di dunia dan akhirat oleh Allah? Sedangkan yang memberitakan cerita ini, akan dihinakan oleh Allah, di dunia dan akhirat?’.
Mereka berdua menjawab ‘ya!’.
Mauriq perintah’silahkan kalian tinggal di sini!’.
Di pagi hari, muncul seorang dari belahan bumi, membawakan makanan yang banyaknya tiga-kali lipat dari kemarin.
Mereka bertiga menikmati makanan tersebut hingga kenyang.
Si lelaki misterius memasuki celah bumi, untuk membawakan minuman sebanyak tiga-kali lipat, daripada yang kemarin.
Mereka bertiga minum hingga puas.
Si lelaki misterius memasuki celah bumi yang segera menutup lagi. Seorang dari dua lelaki berkata ‘kenapa secepat ini dia mendatangkan makanan dan minuman? Dan yang lebih aneh, dia tahu maksud tujuan kita? Ayo kita amati terus tingkah-laku dia hingga sore nanti!’.
Di sore (yang mendebarkan itu) mereka berdua dikejutkan lagi oleh munculnya seorang dari celah bumi yang membelah, membawakan makanan dan minuman seperti di waktu paginya.
Seorang dari dua lelaki itu berkata ‘kita di sini saja, hingga pagi besok!’.
Di pagi buta mereka dikejutkan lagi oleh munculnya seorang dari celah bumi yang membelah, untuk membawakan hidangan makanan dan minuman seperti biasanya.
Mereka berdua meninggalkan Mauriq sendirian di tempat yang sepi.
Yang seorang diterima sebagai pegawai kerajaan, yang bertugas menjaga pintu gerbang. Namun pangkatnya dinaikkan terus hingga akhirnya menjadi menteri khusus yang sering ngobrol dengan raja.
Yang lain kembali lagi menekuni perdagangannya seperti dulu sebelumnya.
Raja yang bertahta sangat benci pada orang bohong. Orang yang ketahuan bohong, maka disalib dan dibunuh.
Di malam pertemuan agung yang indah, orang-orang dekat raja bercerita, mengenai keajaiban yang pernah mereka ketahui, di hadapan raja. Dia hadir dalam pertemuan tersebut.
Setelah bercerita panjang-lebar mengenai keajaiban didengar, raja berkata ‘saya mutlak belum pernah mendengar kisah yang lebih menakjubkan daripada ini’. Lalu melanjutkan kisahnya yang menarik perhatian orang-orang dekatnya yang hadir di situ.
Lelaki itu berkata ‘saya juga punya cerita yang menakjubkan’. Lalu dia menceritakan keajaiban Mauriq yang pernah disaksikan bersama temannya di tempat yang jauh dari manusia dan binatang.
Dia (terkejut) oleh cemoohan raja, ‘saya mutlak belum pernah mendengar kebohongan yang lebih besar daripada ini’.
Dia makin terkejut ketika raja membentak ‘demi Allah kau harus mendatangkan bukti dari kebenaran kisah ini! Kalau tidak bisa! Sungguh kau akan saya salib!’.
Dia berkata ‘yang menyaksikan kebenaran kisah saya, fulan’.
Raja berkata ‘dia orang yang saya ridhoi persaksiannya. Datangkan dia kemari!’.
Ketika saksi yang ditunjuk telah datang, ditanya oleh raja ‘dia telah bercerita padaku bahwa, kalian berdua pernah pernah melihat lelaki (begini-begini)?’.
Lelaki yang didatangkan menjawab ‘Raja yang mulia! Tuan tidak tahu bahwa cerita ini bohong. Ini tidak mungkin terjadi. Dan kalau saya bercerita mengenai ini, pasti saya disalib karena kekuasaan Tuan’.
Raja berkata ‘kau telah benar dan telah berbuat baik’.
Nabi SAW bersabda ‘orang yang bisa merahasiakan (kehebatan Mauriq), diangkat sebagai orang pilihan, yang sering berbicara khusus bersama raja; orang yang satunya disalib’.”
Al-Mufaddhal bin Fadhalah (الْمُفَضَّل بْن فَضَالَة) berkata, “Bakr bin Abdillah Al-Muzani (بَكْر بْن عَبْد اللَّه الْمُزَنِيّ) mengamati lalu bertanya pada Tsumamah bin Abdillah bin Anas (ثُمَامَة بْن عَبْد اللَّه بْن أَنَس) ‘ya Abal-Mutsanna! Kau pernah mendengar kakekmu menceritakan Hadits ini dari Rasulillah?’.
Tsumamah bin Abdillah menjawab ‘betul’.”
Di malam pertemuan agung yang indah, orang-orang dekat raja bercerita, mengenai keajaiban yang pernah mereka ketahui, di hadapan raja. Dia hadir dalam pertemuan tersebut.
Setelah bercerita panjang-lebar mengenai keajaiban didengar, raja berkata ‘saya mutlak belum pernah mendengar kisah yang lebih menakjubkan daripada ini’. Lalu melanjutkan kisahnya yang menarik perhatian orang-orang dekatnya yang hadir di situ.
Lelaki itu berkata ‘saya juga punya cerita yang menakjubkan’. Lalu dia menceritakan keajaiban Mauriq yang pernah disaksikan bersama temannya di tempat yang jauh dari manusia dan binatang.
Dia (terkejut) oleh cemoohan raja, ‘saya mutlak belum pernah mendengar kebohongan yang lebih besar daripada ini’.
Dia makin terkejut ketika raja membentak ‘demi Allah kau harus mendatangkan bukti dari kebenaran kisah ini! Kalau tidak bisa! Sungguh kau akan saya salib!’.
Dia berkata ‘yang menyaksikan kebenaran kisah saya, fulan’.
Raja berkata ‘dia orang yang saya ridhoi persaksiannya. Datangkan dia kemari!’.
Ketika saksi yang ditunjuk telah datang, ditanya oleh raja ‘dia telah bercerita padaku bahwa, kalian berdua pernah pernah melihat lelaki (begini-begini)?’.
Lelaki yang didatangkan menjawab ‘Raja yang mulia! Tuan tidak tahu bahwa cerita ini bohong. Ini tidak mungkin terjadi. Dan kalau saya bercerita mengenai ini, pasti saya disalib karena kekuasaan Tuan’.
Raja berkata ‘kau telah benar dan telah berbuat baik’.
Nabi SAW bersabda ‘orang yang bisa merahasiakan (kehebatan Mauriq), diangkat sebagai orang pilihan, yang sering berbicara khusus bersama raja; orang yang satunya disalib’.”
Al-Mufaddhal bin Fadhalah (الْمُفَضَّل بْن فَضَالَة) berkata, “Bakr bin Abdillah Al-Muzani (بَكْر بْن عَبْد اللَّه الْمُزَنِيّ) mengamati lalu bertanya pada Tsumamah bin Abdillah bin Anas (ثُمَامَة بْن عَبْد اللَّه بْن أَنَس) ‘ya Abal-Mutsanna! Kau pernah mendengar kakekmu menceritakan Hadits ini dari Rasulillah?’.
Tsumamah bin Abdillah menjawab ‘betul’.”