Kemarin CEO RIM, Thorsten Heins menyampaikan pendapatan RIM di kuartal
keempat. Ada yang sangat menarik, yaitu RIM menderita kerugian sekitar 1,1 triliun rupiah. Selain itu ada dua orang pejabat penting mereka yang undur diri. Tidak lama kemudian, Push Email
yang menjadi andalan BlackBerry tumbang di beberapa negara seperti
Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Menurut keterangan, tumbangnya Push Email
ini karena masalah server di Singapura. Untungnya layanan lain masih
bisa berjalan, tidak seperti yang pernah terjadi di Inggris di tahun
2011 yang lalu.
Boleh dikatakan kemarin merupakan hari naas bagi RIM. Terlebih lagi bila mengacu pada data terbaru yang dirilis oleh Nielsen tentang
penguasaan pasar smartphone di Amerika Serikat. Dalam laporan tersebut,
Android dan iPhone mempertegas duopoli mereka dengan menguasai pasar.
Secara keseluruhan penguasaan Android sebesar 46,3%, sedangkan iOS Apple
Inc. dengan iPhone sebesar 30%, sedangkan RIM BlackBerry 14,9% serta
Windows Phone sebesar 1,3%. Fakta menarik, di tiga bulan terakhir
konsumen Amerika Serikat yang membeli Android sebesar 51,7%, iPhone
sebesar 37%, sedangkan BlackBerry hanya 6% dan Windows Phone hanya 1,4%.
Bila dilihat konsumen Amerika Serikat yang membeli BlackBerry
terus-menerus menurun. Pada bulan Oktober 2011 masih ada 7,7% konsumen
yang membeli BlackBerry. Angka ini turun menjadi 6,4% di bulan November
2011 dan turun lagi menjadi hanya 4,5% di bulan Desember 2011. Penurunan
ini berdampak kepada pendapatan RIM BlackBerry yang terus menurun dan
pada Q4 ini mengalami rugi sebesar 1,1 triliun rupiah.
Melihat angka-angka ini lalu dibandingkan dengan penguasaan pasar mereka
dua tahun yang lalu, sepertinya RIM BlackBerry di Amerika Serikat
menuju kematian. Saya kira premis ini ada benarnya. Bila kita lihat lagi
roadmap
RIM BlackBerry di tahun 2012, smartphone terbaru mereka berbasis
BlackBerry 10 kemungkinan besar baru akan tersedia di akhir tahun. RIM
juga mengatakan akan fokus untuk memasarkan produk yang ada. Namun
sayangnya di Amerika Serikat yang sangat ketat persaingannya, produk
yang dinilai kurang inovasi akan ditinggalkan. RIM tidak bisa memasarkan
produk mereka yang sudah ada di Amerika Serikat karena secara fitur
kalah jauh dibandingkan dengan iPhone dan Android. Tentu saja dengan
tidak ada produk baru, hanya sedikit konsumen yang akan membeli. Hal ini
terlihat dengan makin menurunnya pembeli BlackBerry di tiga bulan
terakhir di tahun 2011.
Dalam earning call kemarin CEO RIM juga menyadari bahwa sudah
sepantasnya RIM kembali kepada kekuatan mereka, yaitu menyediakan
smartphone bagi enterprise atau perusahaan. Bila kita kembali sedikit ke
belakang, BlackBerry pada awalnya adalah untuk orang kantoran, bukan
konsumen biasa. Namun di perjalanannya, BlackBerry malah disukai oleh
konsumen di luar perusahaan. Sayangnya setelah disukai konsumen biasa,
RIM miskin inovasi sehingga mereka kemudian ditinggalkan. Karena kesan
tidak berinovasi ini, konsumen RIM yang berasal dari perusahaan
terpengaruh sehingga mereka meninggalkan BlackBerry untuk beralih kepada
iPhone dan Android.
Di Amerika Serikat yang persaingannya sangat ketat, tentu saja
keberadaan produk baru yang inovatif merupakan hal yang diinginkan
konsumen. Android dan iPhone telah memberikan standar secara jelas,
seperti apa fitur sebuah smartphone baru yang hendak memasuki pasar.
Oleh karena tiadanya smartphone baru berbasis BB10, RIM tidak akan
menjual smartphone terbaru mereka di AS atau Inggris, RIM mencoba
bergerilya di negara-negara lain yang tingkat persaingannya tidak kuat
seperti negara berkembang. Contohlah Indonesia dan India. Sayangnya,
sebagai negara berkembang, kemampuan penduduknya dalam membeli handset
tentu saja kurang. Bila kita lihat, produk RIM yang mahal seperti Torch
jelas kurang laku di Indonesia dan India. Versi yang paling laku, tetap
saja yang paling murah, seri 8250. Seri ini memberikan margin yang
terlalu kecil bagi RIM sehingga tidak signifikan untuk menolong
pendapatan mereka. Apalagi sistem berlangganan konsumen yang jauh
berbeda dengan negara maju. Akibatnya jelas, memberikan tekanan kepada
neraca RIM secara keseluruhan. Selain itu, gagalnya BlackBerry PlayBook
merupakan sebab lain yang membuat RIM rugi sangat besar.
RIM seperti yang diungkapkan CEO-nya tidak menutup mata untuk
memberdayakan aset yang mereka miliki, seperti melisensikan BB10,
BlackBerry Messenger, dan melisensikan infrastruktur mereka yang
terkenal bagus tingkat keamanannya sebagai jalan keluar dari masalah
yang membelit. Percaya atau tidak, cara-cara tersebut mungkin hanya akan
mengulur waktu kematian mereka yang sudah sangat banyak tanda-tandanya.
sumber : kompas